cara membuat pancake
Tuesday, June 6, 2023
Mitos,matafora dan metomini pada film dilan 1990
Wednesday, May 24, 2023
MITOS DAN PENGALAMAN ESTETIS DARI LAGU Halu-Feby putri
Tuesday, May 2, 2023
review 20 jurnal dan membuat jurnal
Review 20 jurnal Semiotika
Maulidya Nugrahani (202146500705)
Faizalrahman (202146500715)
Jurnal 1
Judul :
REPRESENTASI PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM
FILM DILAN 1990 DI SMK DARUSSALAM, CIPUTAT
Objek :
PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM
FILM DILAN 1990 DI SMK DARUSSALAM, CIPUTAT
Metode penelitian :
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
menggunakan analisis deskriptif teori Miles dan Huberman.
Analisis :
Subjek dalam penelitian ini adalah film Dilan 1990 dan lima orang siswa SMK Darussalam, dan objek penelitiannya adalah pacaran sebagai bentuk
pergaulan bebas remaja. hasil penelitian ini menunjukkan adanya adegan-adegan dalam film Dilan 1990 yang merepresentasikan pacaran, yakni adegan romantisme, seperti: mengirim surat, menghabiskan waktu bersama baik bertemu langsung maupun berkomunikasi melalui telepon, berpelukan hingga ciuman, serta tokoh orangtua dalam film ini juga menunjukkan respon positif dan mendukung anak-anaknya berpacaran, yang mana hal ini berdampak banyak bagi penonton, khususnya para remaja termasuk siswa-siswi SMK Darussalam.
Kesimpulan :
Film Dilan 1990 menjadi salah satu pemicu hal romantisme yang semakin marak terjadi di SMK Darussalam, karena terdapat adegan yang merepresentasikan pacaran remaja di bangku sekolah. Dalam film Dilan 1990, pacaran di gambarkan dengan berbagai adegan romantisme yang ternyata banyak ditiru remaja saat ini termasuk remaja di SMK Darussalam, seperti: mengirim surat, menghabiskan waktu bersama baik bertemu langsung maupun berkomunikasi melalui telepon, berpelukan hingga ciuman. Selain itu, tokoh orangtua dalam film ini juga menunjukkan respon positif dan mendukung anak-anaknya berpacaran yang juga menjadi dambaan remaja di SMK Darussalam Ciputat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Dilan 1990 merepresentasikan sisi indah dari pacaran remaja yang merupakan salah satu bentuk dari pergaulan bebas yang menimbulkan dampak kuat pada penontonnya, termasuk siswa&siswi di SMK Darussalam Ciputat.
Jurnal 2
Judul :
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON SINETRON PERCINTAAN DENGAN PERILAKU PACARAN PADA SISWA- SISWI YAYASAN ISLAMIYAH DI SMA ETHIKA PALEMBANG
Objek :
PERILAKU MENONTON SINETRON PERCINTAAN DENGAN PERILAKU PACARAN PADA SISWA- SISWI YAYASAN ISLAMIYAH DI SMA ETHIKA PALEMBANG
Metode Penelitian :
Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif, teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik random sampling.
Analisis :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah ada hubungan antara perilaku menonton sinetron percintaan dengan perilaku pacaran. Perilaku menonton sinetron percintaan adalah variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku pacaran. Populasi dalam penelitian ini yaitu 272 siswa-siswi Yayasan Islamiyah pada SMA Ethika Palembang, dan sampelnya adalah 155 siswa-siswi Yayasan Islamiyah pada SMA Ethika Palembang. Semua perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 20.Hasil analisis yang diperoleh koefisien korelasi sebesar r= 0,765 dan signifikansi p= 0,000, berarti p<0,01 sehingga hipotesis terbukti atau diterima, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara perilaku menonton sinetron percintaan dengan perilaku pacaran pada siswa-siswi Yayasan Islamiyah di SMA Ethika Palembang.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku menonton sinteron percintaan dengan perilaku pacaran pada Siswa-siswi Yayasan Islamiyah di SMA Ethika Palembang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara perilaku menonton sinetron percintaan dengan perilaku pacaran pada Siswa-siswi Yayasan Islamiyah di SMA Ethika Palembang dengan kontribusi sebesar 58,5%.
Jurnal 3
Judul :
REPRESENTASI PEREMPUAN PADA FILM DILAN 1991
(Mode Semiotika Roland Barthes)O
Objek :
REPRESENTASI PEREMPUAN PADA FILM DILAN 1991M
etode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes.Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
Analisis :
Dalam penelitian ini film Dilan 1991 mempresentasikan perempuan dibalik pengemasan pesan melalui film bergenre romantisme. Pemaknaan pertama yang melihat pada aspek relasi tanda dengan realitas yang disebut denotasi. Dari simbol-simbol tersebut diketahui memiliki makna sebenarnya yang menggambarkan kisah percintaan remaja, keluarga, serta pergaulan remaja yang dapat diambil bukan hanya sebagai film percintaan saja namun mengandung makna perempuan yang dapat dipetik oleh masyarakat. Begitupun dalam penelitian ini representasi yang peneliti pahami mengenai perempuan yang ada dalam film Dilan 1991 hampir mirip dalam kehidupan nyata seharihari bukan hanya di film saja.
Kesimpulan :
Melalui analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perempuan pada film Dilan 1991 dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes yaitu :
Film Dilan 1991 merepresentasikan perempuan. Hal itu terkait dengan sikap-sikap yang ditunjukkan melalui adegan yang ada pada film Dilan 1991. Representasi Perempuan ini ditemukan pada adegan sikap guru privat terhadapnya yang terus mencari perhatiannya, lalu pelecehan secara verbal dan non verbal yang dilakukan oleh gurunya disekolah. Selain itu juga representasi perempuan dilihat dari cara mendidik seorang ibu yang sudah berfikir modern dari zamannya serta ada pula kesombongan ibu yang menggunakan jabatan keluarganya sebagai kekuatan dalam mengancam seseorang. Sehingga point yang ditemukan mengenai Representasi Perempuan pada film Dilan 1991 yaitu perempuan selalu terlihat lemah, perempuan selalu menjadi korban pelecehan, dan perempuan tidak terlepas dari sifat sombong.
Jurnal 4
Judul :
Analisis Teori Ekspresi Cinta Remaja Sebagai Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko dengan Menggunakan Strategi Penekanan Ekspresif
Objek :
Ekspresi Cinta Remaja Sebagai
Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko
Metode Penelitian :
Penelitian kuantitatif,teori Ferdinand de Saussure
Analisis :
Analisis ini mengenai teori ekspresi cinta remaja ini merupakan upaya untuk mengetahui kecenderungan emosi siswa yang memasuki usia remaja dengan diwujudkan dalam perilaku yang positif maupun negatif. Ketika seseorang jatuh cinta, maka dia akan dapat merasakan perasaan bahagia, kagum, rasa memiliki dan selalu ingin berbagi dengan orang yang dicintai dan perasaan lainnya. Perasaan jatuh cinta yang berlebihan akan mendorong individu untuk melakukan segala hal untuk memenuhi hasrat seksualnya, termasuk melanggar normanorma yang ada di masyarakat.. Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (2007), didapatkan bahwa remaja (15-19 th) sebagian telah melakukan seks bebas
Kesimpulan :
Pengekspresian cinta dirasionalisasikan menjadi sebuah bentuk perilaku hubungan seksual pranikah oleh remaja SMA sebagai bentukpeningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pemaknaan cinta yang berbeda ini dan mengarah pada perilaku seksual pranikah akan berdampak pada hilangnya masa depan remaja.Penerapan strategi expressive suppression ini dilakukan mengikuti tahapan regulasi emosi yaitu (1) Pemilihan Situasi (Situation Selection); (2) Modifikasi Situasi (Situation Modification); (3) Penyebaran Perhatian (Attention Deployment); (4) Perubahan Kognitif (Cognitive Change); dan (5) Penyesuaian Respon (Respon Modulation).
Jurnal 5:
Judul :
Analisis Perilaku Menyimpang Pada Remaja Dalam Film Dilan 1990
Objek :
Perilaku Menyimpang Pada Remaja Dalam Film Dilan 1990
Metode Penelitian :
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif, yang dimana kualitatif lebih memfokuskan pada pandangan fenomena dan menggali substansi makna dari fenomena tersebut. Teori yang di gunakan adalah teori pendekatan semiotika Roland Barthes yang mencakup tingakatan denotatif dan konotatif.
Analisis :
Dalam film Dilan 1990 menyampaikan bahwa bentuk perilaku menyimpang sudah banyak terjadi bahkan pada remaja di tahun 1990, dan kenakalan yang terjadi bukan hanya terdapat dalam lingkup sekolah, namun juga dari lingkup luar seperti pertemanan, keluarga, pasangan dan lainnya. Penelitian ini menggunakan teori signifikasi Roland Barthes yang mencakup denotatif, konotatif, dan mitos untuk mengenai bagaimana proses dan pemaknaan sebuah perilaku menyimpang yang ada dalam film Dilan 1990. Sedangkan dalam tingkat konotatif, perilaku menyimpang pada remaja diperlihatkan secara jelas melalui kode sinematik seperti latar tempat, waktu, watak dan mimik tokoh, dan teknik pengambilan gambar.
Kesimpulan :
Bentuk perilaku menyimpang dalam film Dilan 1990 secara denotatif diperlihatkan melalui unsur naratif yang bersifat verbal seperti melalui alur cerita, dialog, perilaku dan Tindakan yang dilakukan oleh pemeran dalam film. Sedangkan secara konotatif, bentuk-bentuk perilaku menyimpang diperlihatkan melalui kode sinematik seperti latar tempat, dan waktu, watak dan mimik tokoh, dan pengambilan gambar. Kode sinematik lebih berperan sebagai unsur pendukung untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang merujuk pada proses pemikiran setiap penonton jika dilihat dalam pemaknaa tingkat konotatif. Film Dilan 1990 ini dapat menampilkan potret dari sebuah kenyataan sosial mengenai bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang terjadi pada remaja .
Jurnal 6
Judul :
Konstruksi Romantisme Pada Film Dilan 1990
Objek :
Romantisme Pada Film Dilan 1990
Metode Penelitian :
Metode penelitian kualitatif dengan studi analisis semiotika
Charles Sanders Peirce.
Analisis :
Hasil dari penelitian ini adalah, ikon merupakan tanda visual dari scene yang dianggap memiliki sisi romantis berupa amplop surat, pakaian, teknik pengambilan gambar, angkutan umum, sekolah, ruang kelas, plastik berwarna hitam putih, telepon umum koin, jalanan, sorot mata Dilan, dan latar setting dilorong sekolah. Indeks merupakan pesan yang disampaikan dalam film, berupa indeks penanda perilaku, indeks penanda ekspresi, indeks penanda sosial, indeks penanda hadiah. Simbol atau lambang merupakan suatu kebenaran dalam tanda berupa, simbol amplop surat, simbol novel, simbol pengharapan, simbol telepon koin, simbol berjabat tangan, simbol ketertarikan, simbol kekhawatiran, simbol pengorbanan, dan simbol kekecewaan
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian yang sudah diteliti, yang termasuk ke dalam icon pada film Dilan 1990 adalah berupa tanda visual seperti amplop dari Dilan, Dilan mengenakan pakaian outer, teknik pengambilan gambar, angkutan umum dengan jendela sedikit terbuka, sekolah, Dilan pergi ke tempat telepon umum koin, kelas, plastik hitam putih pemberian hadiah ulang tahun untuk Milea, kamar Milea, pengambilan gambar dengan close up, sebuah jalanan menuju sekolah, sorot mata Dilan saat berinteraksi dengan Milea, dan latar setting dilorong sekolah. Index merupakan suatu pesan yang akan disampaikan pada film Dilan 1990. Dari hasil penelitian yang sudah diteliti, yang termasuk ke dalam index pada film Dilan 1990 adalah index penanda perilaku,index penanda ekspresi, index penanda sosial,index penanda hadiah. Dari hasil penelitian yang sudah diteliti, yang termasuk ke dalam symbol pada film Dilan 1990 adalah symbol amplop surat, symbol buku novel, symbol pengharapan, symbol telepon umum koin, symbol berjabat tangan, symbol ketertarikan, symbol kekhawatiran, symbol pengorbanan, dan symbol kekecewaan.
Jurnal 7
Judul :
KAJIAN SEMIOTIK DALAM NOVEL “DILAN 1990” KARYA PIDI BAIQ
Objek :
SEMIOTIKA DALAM NOVEL “DILAN 1990” KARYA PIDI BAIQ
Metode Penelitian :
metode analisis deskriptif. metode penelian perpustakaan (Library researce).Analisis semiotika nya menggunakan teori Roland Baurtes
Analisis :
Semiotika yang biasa didefinisikan sebagai pengkaji tanda-tanda , pada dasarnya merupakan studi atas kode-kode, yaitu sebuah sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas sebagai sesuatu yang bermakna. Hubungan ini berkaitan dengan objek-objek kategori yang berlainan, dan inilah yang menjadi alasan bahwa hubungan ini tidak bersifat keseragaman, melainkan persamaan. Sedangkan dalam sistem semiologi ada tiga istilah yaitu penanda, petanda dan tanda. Penulis tertarik untuk menganalisis Kajian Semiotik dalam Novel “Dilan 1990” Karya Pidi Baiq. Penulis memilih novel ini sebagai bahan penelitian bukan semata-mata karena novel tersebut merupakan best seller yang telah diakui kualitasnya secara nasiona
Kesimpulan :
Citra merupakan gambaran seorang dalam eksistensinya sebagai perempuan dalam kehidupan sosial masyarakat. Citra merupakan gambaran yang dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur dasar konsep citra Wanita.
- film “Milea: Suara dari Dilan” menampilkan berbagai objek visual dari tokoh pemeran
- Sikap perjuangan yang tak terlepas dari karakter Dilan juga bisa jadi motivasi untuk penonton agar pantang menyerah dalam menjalani lika – liku kehidupan
Sedangkan aspek simbolik pada film ini cenderung merepresentasikan karakter para tokoh pemeran baik yang bersifat ikhlas, sabar dan rela berkorban dengan berbagai situasi dan kondisi peran yang dimainkan oleh para tokoh “Milea: Suara dari Dilan”.
- lika – liku kehidupan
Sedangkan aspek simbolik pada film ini cenderung merepresentasikan karakter para tokoh pemeran baik yang bersifat ikhlas, sabar dan rela berkorban dengan berbagai situasi dan kondisi peran yang dimainkan oleh para tokoh “Milea: Suara dari Dilan”.
Jurnal 9
Judul :
KEKERASAN SIMBOLIK DALAM FILM “DILAN 1990” DAN “DILAN 1991”
Objek :
FILM “DILAN 1990” DAN “DILAN 1991
Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Pendekatan analisis wacana dilakukan dengan menggunakan semiotika Roland Barthes.
Analisis :
Tanda denotasi dan konotasi pada setiap scene disusun secara sistematis dengan pembahasan akhir berupa makna konotasi dari kekerasan simbolik dalam bentuk bahasa, dominasi kekuasaan, serta tatapan intimidasi dan tatapan kecabulan.
Kesimpulan :
Terdapat tiga bentuk kekerasan simbolik yang terdapat dalam film “Dilan 1990” dan “Dilan 1991”, yaitu (1) kekerasan simbolik dalam bentuk bahasa dan ucapan; (2) kekerasan simbolik dalam bentuk dominasi kekuasaan; (3) kekerasan simbolik dalam bentuk tatapan.
Jurnal 10
Judul :
FANTASI PADA POPULARITAS TOKOH DILAN DAN MILEA DALAM FILM DILAN 1990 DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
(Analisis Subjek Menurut Teori Psikoanalisis Jacques Lacan)
Objek :
TOKOH DILAN DAN MILEA DALAM FILM DILAN 1990 DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Metode Penelitian :
Metode yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif. Pendekatan analisis wacana dilakukan dengan menggunakan Teori Psikoanalisis Jacques Lacan
Analisis :
Film Dilan 1990 merupakan produk budaya media modern, secara fantastis telah mengalihkan cara pandang dan kebutuhan mahasiswa yang kompleks untuk memaknai realitas yang dipantulkan dari layar (screen), sehingga nampak esensial. Film Dilan 1990 akhirnya menjadi media yang secara psikis berhasil memberikan kenyamanan dan kerinduan nostalgis pada mahasiswa untuk mengeskpresikan makna pengalamannya yang dianggap hilang. Oleh karena itu rumusan masalah dalam skripsi ini meliputi bagaimana popularitas tokoh Dilan dan Milea dalam film Dilan 1990 dikalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel; dan bagaimana fantasi pada popularitas tokoh Dilan dan Milea film Dilan 1990 dikalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya menurut teori psikoanalisis Jacques Lacan.
Kesimpulan :
kesimpulan terkait dengan rumusan masalah mengenai fantasi terhadap popularitas film Dilan 1990 dikalangan mahasiswa UINSA sebagai berikut:
faktor mereka menonton film Dilan 1990 didasarkan pada beberapa faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam, seperti keinginan menonton film Dilan 1990 karena mereka ingin bernostalgia dan mengenang pengalaman ketika masih berseragam putih- abu-abu, para informan mahasiswa mengenal ketenaran tokoh Dilan dan Milea karena menjadi trend topik di media-media, bahkan presiden Joko Widodo mengakui popularitas film Dilan 1990 yang juga di anggap bernilai nostalgis. Akan tetapi selalu ada yang Lain dari mereka, yang menjelma menjadi bahasa budaya (iklan,citra figur, gosip, dan orang lain) yang menghasrati para mahasiswa agar menonton film Dilan 1990. Semua upaya mereka demi mendapatkan simbol-simbol yang di anggap ideal akan citra, image dan gaya hidup modern yang didambakan.
JURNAL 11
Judul:
PERSEPSI REMAJA PADA ROMANTISISME FILM DILAN 1990
Object:
persepsi
Metode penelitian:
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif
Analisis:
Melalui penelitian ini dengan berjudul «PERSEPSI REMAJA PADA ROMANTISISME FILM DILAN 1990» mendapatkan hasil penelitian bahwa film Dilan 1990 memang berhasil membius para penonton sebagai film romantis. Tidak hanya dalam segi hal romantis, faktor artis dan gaya penampilannya juga menjadi faktor orang untuk menonton film dilan, khususnya pada remaja yang selalu ingin meniru apa yang sedang terjadi disekitarnya, hal itulah menjadi salah satu daya tarik pada Film dilan.
Kesimpulan:
1. Penonton mulai memilih adegan khas dan menarikpada film tersebut
.2. Proses interpretasi akan timbul dengan cara mengorganisasikan suatu adegan yang telah diambil dan dokumentasi.
3. Maka dari proses interpretasi, penonton akan menghasilkan perilaku yang disebut reaksi. Karena faktor usia yang masih belum cukup dalam memilih dan memilah perilaku yang mana menurutnya itu benar.
JURNAL 12
Judul :
FILM DAN NOVEL DEAR NATHAN KARYA ERIK FEBRIAN DALAM PERSPEKTIF SASTRA BANDINGAN
Object:
film dan novel Dear Nathan dalam perspektif sastra banding
Metode penelitian:
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan kajian sastra bandingan.
Analisis :
Pembahasan difokuskan pada Perbandingan unsur pembangun film Dear Nathan dengan unsur pembangun novel Dear Nathan karya Erisca Febriani, berupa:Plot, penokohan, dan latar.
Kesimpulan:
Berdasarkan kajian flm dan novel Dear Nathan karya Erisca Febriani menjelaskan Film dan novel mempunyai unsur pembangun yang berbeda untuk menampilkan sebuah hasil karya sastra. Maka perbandingan antara film dan novel Dear Nathan dilihat dari sudut unsur pembangun memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Pertama untuk plot pada film dan novel Dear Nathan terdiri dari 3 plot yang ditampilkan, dengan alur cerita yang sama. Sedangkan pada novel Dear Nathan berjumlah 49 tokoh. Kemudian latar pada film Dear Nathan berjumlah 40. Sedangkan pada novel Dear Nathan berjumlah 49 temuan. Selain itu, untuk novel berupa tulisan yang bisa dibaca kapan pun. Sedangkan pada film terbatas pada durasi waktu film yang ditayangkan. Terutama film Dear Nathan ditayangkan melalui bioskop yang mempunyai batas waktu.
JURNAL 13
•Judul:
ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURALISME FERDINAND DE SAUSSURE PADA FILM”BERPAYUNG RINDU”
•Object:
FILM “BERPAYUNG RINDU”
•Metode penelitian:
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif karena penjabaran mengenai film tersebut menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure yang difokuskan kepada penanda (signifier) dan petanda (signified) yang muncul dari film “Berpayung Rindu”.
Analisis:
Berdasarkan hasil analisis semiotika Ferdinad de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series «Berpayung Rindu». Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang.
Kesimpulan:
Sebuah Web Series yang terdiri dari 3 episode dengan satu Video Clip. Tiap Episode berdurasi 10 menit. Pertama untuk dapat menganalisa film ini secara keseluruhan, maka yang harus pertama dilakukan adalah menganalisa setiap aspek dari film itu sendiri secara detail, mulai dari objek-objek yang ada, teknis pengambilan rekaman semisal pencahayaan, dan lain sebagainya.
JURNAL 14
Judul :
ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
Objek :
FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
Metode Penelitian :
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.
Analisis :
Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.
Kesimpulan :
Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta merupakan sebuah gambaran mengenai kehidupan yang memiliki perbedaan agama, suku, budaya dan sosial.
JURNAL 14
Judul :
ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
Objek :
FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
Metode Penelitian :
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.
Analisis :
Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.
Kesimpulan :
Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta merupakan sebuah gambaran mengenai kehidupan yang memiliki perbedaan agama, suku, budaya dan sosial.
JURNAL 15
Judul :
PANDANGAN CINTA ROMANTIS MENURUT ANAK MUDA
Objek :
PANDANGAN CINTA ROMANTIS MENURUT ANAK MUDA
Metode Penelitian :
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan kuesioner untuk menggali data guna mengetahui gambaran dari suatu latar belakang suatu kejadian yang bersifat umum (Sugiyono, 2013). Menggunakan teori Teori Sternberg
Analisis :
Pada penelitian ini, terdapat dua dimensi transcendence dari butir pernyataan berbeda yang menempati urutan teratas hasil survei. Kedua aitem dengan dimensi transcendence secara umum menggambarkan perubahan individu ke arah yang lebihbaik. Sedangkan, dimensi transcendence yang mendapatkan konsensuspersetujuan sebanyak 81% berisikan butir pernyataan «cintaku akan membuatPasanganku menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik».
Kesimpulan :
Berdasarkan survei pandangan cinta romantis yang telah dilakukan melalui penyebaran kuesioner, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pandangan cinta romantis menurut anak muda melibatkan perpaduan antara tiga dimensi cinta Teori Sternberg yang menghasilkan consummate love. Tidak hanya dimensi consummate love, apabila temuan survei diurutkan dalam peringkat berdasarkan persentase, maka dimensi cinta romantis dengan peringkat lima teratas antara lain 1) consummate love, 2)attachment dan companionate love, 3)transcendence, 4)limerence,5)transcendence dan infatuated love.
JURNAL 16
Judul :
REPRESENTASI KONSEP CINTA PADA FILM FIVE FEET APART (2019): KAJIAN SEMIOTIKA PIERCE
Objek :
REPRESENTASI KONSEP CINTA PADA FILM FIVE FEET APART
Metode Penelitian :
peneliti menggunakan metode kuantatif .penulis juga mengumpulkan data sekunder dari sumber lain seperti buku dan jurnal yang berkaitan dengan penerapan teori semiotika oleh Charles Sanders Peirce.
Analisis :
Hasil dan kajian penelitian ini adalah film Five Feet Apart memiliki beberapa tanda yang digunakan untuk merepresentasikan konsep cinta yang muncul pada tokoh utama dalam film Five Feet Apart. Reeper (2013: 8) mengklaim bahwa ada begitu banyak hal yang terjadi dalam sebuah film, dan mungkin sulit untuk mencoba memahami banyak tanda dalam adegan film dalam sekali tontonan. Menontonfilm dengan seksama dan mempelajarinya diperlukan untuk memahami tanda yang mungkin mengandung makna tersembunyi. Oleh dari itu, semiotika sering digunakan untuk menganalisis film.
Kesimpulan :
Apart dapat dianalisis melalui kajian semiotika Charles Sanders Pierce meliputi sign, object dan interpretant.Unsur-unsur tersebut direpresentasikan melalui tanda-tanda dan objek yang berkaitan dengan konsep cinta Sternberg seperti kedekatan, komunikasi, ekspresi bahagia, gairah dan sebagainya.
Terdapat 10 scenes yang merepresentasikan makna komponen intimacy, 7 scenes yang passion, serta scene yang commitment.
JURNAL 17
Judul :
REPRESENTASI SABAR DALAM FILM “CINTA LAKI-LAKI BIASA”
Objek :
“CINTA LAKI-LAKI BIASA”
Metode Penelitian :
Metode Kualitatif dan Teori semioitika Roland Barthes
Analisis :
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat pada suatu paket pesan atau teks. Urusan analisis semiotik adalah melacak maknamakna yang diangkat teks berupa lambang-lambang .Dengan kata lain pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik..Dalam penelitian ini, penulis khususnya menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes untuk menggambarkan tanda-tanda sabar tokoh Rafli dalam film «Cinta Laki-Laki biasa». Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.
Kesimpulan :
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Sabar ketika melakukan ketaatan dengan melakukanya dengan cara yang baik sesuai tuntunan Rasulullah, dan bersabar setelah melakukan ketaatan dengan tidak bersikap ujub membanggakan ibadah yang telah dilakukan.
2. Sabar terhadap perlakuan yang tidak baik dari orang lain. Senantiasa memaafkan dan berlapang dada dengan keyakinan bahwa semua itu akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
3. Sabar terhadap ujian dan cobaan dari Allah. Tetap harus merasa yakin atau optimis bahwa akan ada pertolongan dari Allah kepada kita, harus berserah diri kepada Allah sehingga dapat menerima apapun hasil ikhtiar dengan lapang dada.
4. Sabar menunggu janji Allah. Segala cobaan yang datang serta ujian yang diberikan oleh Allah maka harus bersikap optimis bahwasanya Allah akan menepati janjinya kepada orang-orang yang kuat imannya dan bersabar terhadap segala cobaan yang diberikan oleh Allah.
JURNAL 18
Judul :
Ketegangan Kisah Cinta Remaja dalam Novel Saraswati Karya Kanti W. Janis
Objek :
Ketegangan Kisah Cinta Remaja dalam Novel Saraswati Karya Kanti W. Janis
Metode Penelitian :
Metode penelitian nya menggunakan deskriptif kualitatis dan menggunakan analisis penelitian teori semiotika Ferdinand de Saussure
Analisis :
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ketegangan kisah cinta remaja dalam novel Saraswati karya Kanti W.Janis. Oleh sebab itu, pendekatan yang akandigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik, sebuah pendekatantekstual seperti umumnya pendekatan modern, yang diilhami, diangkat, dan dikembangkan dari linguistik umum yang digagas oleh Ferdinand de Saussure.Pada dasarnya, semiotik melihat semua hal sebagai tanda. Ada banyak teori yang dilahirkan oleh semiotika.
Kesimpulan :
Pada bagian pertama, ketika Disam baru berteman dengan Rasty. Saat itu Disam berkunjung ke rumah Rasty, akan tetapi ketika sampai di sana Disam tidak menemukan Rasty, ia menghilang begitu saja tanpa memberi kabar . Pada bagian empat, mereka berpisah lagi karena Rasty memilih menikah dengan Bisma. Disam dipertemukan dengan Sekar, putri dari Rasty dan Bisma .Dalam perjalanan cinta Disam dan Rasty, terjadi ketegangan hubungan antara Disam dan tokoh lain. Disam dan Pa jarang berkomunikasi kecuali dengan Ma. Disam . Kedua, adanya ketegangan hubungan antara Disam dengan Rasty. Ketiga, pada bagian akhir cerita, Bisma mengakui kesalahannya kepada Disam bahwa dulu dirinya telah menodai Rasty hingga Rasty terpaksa memutuskan menikah dengannya.
JURNAL 19
Judul :
NOVEL “212: CINTA MENGGERAKKAN SEGALA” DALAM ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES
Objek :
CINTA MENGGERAKKAN SEGALA
Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dan menggunakan teori analisis Roland Barthes
dalam bentuk perilaku dari responden yang diamati.
Analisis :
Analisis data menggunakan semiotika Roland Barthes ini terdapat dua bagian. Pertama, denotatif yang mengandung arti makna yang paling nyata dari tanda.Kedua, konotatif yang menjadi inti dari teori Roland. Keduanya nanti akan melahirkan data temuan dari data yang dianalisis. Selanjut analisis ini juga menggunakan perspektif mitos. Mitos adalah produk sosial baik berkenaan dengan hidup, mati, agama, primitif, dan lainnya. Tujuannya untuk memperjelas data yang dihasilkan tahap konotasi
Kesimpulan :
Novel 212: Cinta Menggerakkan Segala menceritakan aksi damai yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2016. Suatu peristiwa luar biasa karena pada saat itu tujuh juta orang memenuhi kawasan monumen nasional (Monas) dan sekitar. Dalam novel ini juga menceritakan satu keluarga yang memiliki pandangan masing-masing terhadap aksi damai 212. Sebelum ditulisnya novel ini, aksi damai sudah pernah di film kan pada bulan April 2018 lalu kemudian di tulis dalam sebuah bentuk novel.Penanda dan petanda sensitivitas agama dalam novel 212: Cinta Menggerakkan Segala terdapat pada cara dialog, debat, dan ajakan untuk mengikuti aksi.
JURNAL 20
Judul :
ISLAMOFOBIA DALAM FILM AYAT-AYAT CINTA 2 (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Objek :
ISLAMOFOBIA DALAM FILM AYAT-AYAT CINTA 2
Metode Penelitian :
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode library research yaitu penelitian kualitatif yang dilakukan dengan menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data serta menggunakan teori Roland barthes
Analisis :
Film merupakan salah satu media komunikasi yang sudah lazim diperbincangkan di Indonesia. Dalam prakteknya, film memuat informasi-informasi penting yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada masyarakat luas melalui adegan yang disuguhkan dalam film.
Kesimpulan :
Islamophobia bukanlah fenomena yang yang lahir pasca tragedi 11/9, melainkan dimulai pada abad ke-8 Islam telah menjalin hubungan yang erat dengan Barat. Pandangan Barat terhadap Islam berubah ketika pada abad ke11, yang termanifestasikan dalam peristiwa perang Salib. Islamophobia yang diperlihatkan dalam film ini tervisualisasikan dalam pelbagai tindakan yang tidak menyenangkan seperti cemoohan, vandalisme, diskriminasi budaya, serta penyerangan fisik. Kemunculan Islamophobia bukan hanya muncul karena peristiwa teror oleh sebagian kelompok yang mengatasnamakan Islam.
Friday, April 28, 2023
Terdapat 10 scenes yang merepresentasikan makna komponen intimacy, 7 scenes yang passion, serta scene yang commitment.