Tuesday, June 6, 2023

Mitos,matafora dan metomini pada film dilan 1990

Nama:FaizalRahman
Npm:202146500715

Metafora.
Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.Metafora adalah majas yang mengungkapkan sesuatu secara langsung berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dan lain-lain.Beberapa pakar menganggap metafora sebagai “ratunya” majas, karena bila dilihat proses pembentukannya, banyak jenis majas lainnya yang dapat dikelompokkan ke dalam jenis majas ini.
Di bus menuju pulang ke Bandung
Lia (pada menit ke-35:11)
Lia kenapa (pada menit ke-35:12)
Lia (pada menit ke-35:13)
Itulah aslinya Benni, kalau kamu mau tahu kamu bisa menilainya sendiri lelaki macam apa yang tega marahin pacarnya dimuka umum. Dilan... (suara batin Milea) (pada menit ke- 35:22).
Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa perbandingan dua hal secara langsung yang memiliki sifat sama atau hampir sama dalam bentuk analogi dan tidak adanya konjungsi. Dalam kutipan  dialog diatas, dapat diketahui gaya bahasa metafora terdapat pada penggunaan kata dimuka umum. Pada kata dimuka umum yang memiliki suatu makna yang menjelaskan bahwa beni pacarnya Milea memarahinya didepan orang banyak.

Metomini.
Pengertian Majas Metonimia
Majas dalam puisi menjadi sarana pemadatan atau pemusatan ekspresi. Masih dari sumber yang sama, majas metonimia adalah penyebutan ciri atau nama merek atau brand yang berkaitan dengan suatu benda sebagai pengganti.
Majas yang menyandingkan 
merek atau istilah sesuatu untuk merujuk 
pada pada benda umum. Majas ini dapat 
ditemukan pada ujaran tokoh utama 
(Dilan & Milea) yang berbunyi : 
"Itu adalah jalan Gatsu yang 

lengang dan tentram, belum ada 
BSM-nya"
"Kita langsung ke Bi eem aja"
"Karena ada acara seleksi pemilihan siswa terbaik yang akan mewakili sekolah menjadi peserta cerdas cermat di TVRI"
"Hahahaha,minum baygon".?
"Dilan dan milea nya lagi sibuk pacaran,berdua di atas motor CB100

Mitos.
Mitos tersebut mengandung tiga kategori nilai moral yang dideskripsikan sebagai berikut. Pertama, nilai moral yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri berupa nilai perjuangan (tidak mudah putus asa), nilai keberanian, nilai kerja sama, nilai tanggung jawab, nilai kesabaran, nilai kebijaksanaan, nilai ketegasaan, dan nilai penyesalan. Kedua, nilai moral yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya berupa nilai saling menghargai, nilai kepedulian, nilai persaudaraan, dan nilai cinta kasih atau kasih sayang. Ketiga, nilai moral yang mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya berupa nilai keyakinan dan nilai pengharapan. Berdasarkan pembahasan ini nilai Moral yang dominan dalam film “Dilan Dialah Dilanku Tahun 1990” ialah nilai moral yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Wednesday, May 24, 2023

MITOS DAN PENGALAMAN ESTETIS DARI LAGU Halu-Feby putri

Disini saya akan menganalisis / mengungkapkan perasaan yang saya alami dari lagu yang berjudul "Halu-Feby putri".
Dari yang saya cerna dari lagu ini lagu ini sedang menggambarkan tentang dia yang sedang mengagumi atau menyukai seseorang akan tetapi tak berani mengungkapkan perasaannya kepada seseorang itu,jadi bisanya cuma Halu doang.

Tetapi maksut lagu ini yang sebenarnya untuk menceritakan tentang seorang kakek yang mengidap penyakit Skizofernia Jadi ada seorang kakek yang memiliki cucu namun sudah meninggalkannya terlebih dahulu karena di panggil tuhan. Namun dia masih belum bisa menerima bahwa cucu nya tersebut telah tiada. Dia selalu merasa bahwa cucu nya ini ada di depan nya dia, bersama dia. Itulah mengapa dia memiliki penyakit Skizofernia atau berhalusinasi atau semacam gangguan mental.

Untuk mitos yang saya alami Lagu ini juga mewakilkan perasaan saya yang dimana saya mengingat history history waktu jaman jaman SMK heheh dimana ketika itu pas awal masuk SMK kelas 1 saya mempunyai pacar sekelas singkat cerita saya pacaran dengan dia sampe 3 tahunan banyak sekali history history hingga tepat setelah lulus dan beda kampus kami putus mungkin beda pemikiran,atau ruang lingkup yang mempengaruhi dia. Ya tepat seperti judul lagu tersebut "HALU" saya masih terbayang bayang ketika melewati tempat tempat yang mungkin menurut saya memiliki history. Seperti lirik lagu "Senyumanmu yang indah bagaikan candu Ingin terus ku lihat walau dari jauh Sekarang aku pun sadari semua hanya mimpiku Yang berkhayallah kan bisa bersamamu". Ya saya hanya melihat senyum dia yang dimana tidak akan mungkin saya memilikinya kembali semuanya hanya lah khayalan pikiran pikiran saya:))) 



Tuesday, May 2, 2023

review 20 jurnal dan membuat jurnal

Review 20 jurnal Semiotika

Maulidya Nugrahani (202146500705)

Faizalrahman (202146500715)

Jurnal 1

Judul :

REPRESENTASI PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM
FILM DILAN 1990 DI SMK DARUSSALAM, CIPUTAT

Objek :

PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM
FILM DILAN 1990 DI SMK DARUSSALAM, CIPUTAT

Metode penelitian :

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
menggunakan analisis deskriptif teori Miles dan Huberman.

Analisis :

Subjek dalam penelitian ini adalah film Dilan 1990 dan lima orang siswa SMK Darussalam, dan objek penelitiannya adalah pacaran sebagai bentuk
pergaulan bebas remaja. hasil penelitian ini menunjukkan adanya adegan-adegan dalam film Dilan 1990 yang merepresentasikan pacaran, yakni adegan romantisme, seperti: mengirim surat, menghabiskan waktu bersama baik bertemu langsung maupun berkomunikasi melalui telepon, berpelukan hingga ciuman, serta tokoh orangtua dalam film ini juga menunjukkan respon positif dan mendukung anak-anaknya berpacaran, yang mana hal ini berdampak banyak bagi penonton, khususnya para remaja termasuk siswa-siswi SMK Darussalam.

Kesimpulan :

Film Dilan 1990 menjadi salah satu pemicu hal romantisme yang semakin marak terjadi di SMK Darussalam, karena terdapat adegan yang merepresentasikan pacaran remaja di bangku sekolah. Dalam film Dilan 1990, pacaran di gambarkan dengan berbagai adegan romantisme yang ternyata banyak ditiru remaja saat ini termasuk remaja di SMK Darussalam, seperti: mengirim surat, menghabiskan waktu bersama baik bertemu langsung maupun berkomunikasi melalui telepon, berpelukan hingga ciuman. Selain itu, tokoh orangtua dalam film ini juga menunjukkan respon positif dan mendukung anak-anaknya berpacaran yang juga menjadi dambaan remaja di SMK Darussalam Ciputat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Dilan 1990 merepresentasikan sisi indah dari pacaran remaja yang merupakan salah satu bentuk dari pergaulan bebas yang menimbulkan dampak kuat pada penontonnya, termasuk siswa&siswi di SMK Darussalam Ciputat.

Jurnal 2

Judul :

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON SINETRON PERCINTAAN DENGAN PERILAKU PACARAN PADA SISWA- SISWI YAYASAN ISLAMIYAH DI SMA ETHIKA PALEMBANG

Objek :

PERILAKU MENONTON SINETRON PERCINTAAN DENGAN PERILAKU PACARAN PADA SISWA- SISWI YAYASAN ISLAMIYAH DI SMA ETHIKA PALEMBANG

Metode Penelitian :

Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif, teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik random sampling.

Analisis :

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah ada hubungan antara perilaku menonton sinetron percintaan dengan perilaku pacaran. Perilaku menonton sinetron percintaan adalah variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku pacaran. Populasi dalam penelitian ini yaitu 272 siswa-siswi Yayasan Islamiyah pada SMA Ethika Palembang, dan sampelnya adalah 155 siswa-siswi Yayasan Islamiyah pada SMA Ethika Palembang. Semua perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 20.Hasil analisis yang diperoleh koefisien korelasi sebesar r= 0,765 dan signifikansi p= 0,000, berarti p<0,01 sehingga hipotesis terbukti atau diterima, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara perilaku menonton sinetron percintaan dengan perilaku pacaran pada siswa-siswi Yayasan Islamiyah di SMA Ethika Palembang.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku menonton sinteron percintaan dengan perilaku pacaran pada Siswa-siswi Yayasan Islamiyah di SMA Ethika Palembang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara perilaku menonton sinetron percintaan dengan perilaku pacaran pada Siswa-siswi Yayasan Islamiyah di SMA Ethika Palembang dengan kontribusi sebesar 58,5%.

Jurnal 3

Judul :

REPRESENTASI PEREMPUAN PADA FILM DILAN 1991

(Mode Semiotika Roland Barthes)O

Objek :

REPRESENTASI PEREMPUAN PADA FILM DILAN 1991M

etode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes.Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

Analisis :

Dalam penelitian ini film Dilan 1991 mempresentasikan perempuan dibalik pengemasan pesan melalui film bergenre romantisme. Pemaknaan pertama yang melihat pada aspek relasi tanda dengan realitas yang disebut denotasi. Dari simbol-simbol tersebut diketahui memiliki makna sebenarnya yang menggambarkan kisah percintaan remaja, keluarga, serta pergaulan remaja yang dapat diambil bukan hanya sebagai film percintaan saja namun mengandung makna perempuan yang dapat dipetik oleh masyarakat. Begitupun dalam penelitian ini representasi yang peneliti pahami mengenai perempuan yang ada dalam film Dilan 1991 hampir mirip dalam kehidupan nyata seharihari bukan hanya di film saja.

Kesimpulan :

Melalui analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perempuan pada film Dilan 1991 dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes yaitu :

Film Dilan 1991 merepresentasikan perempuan. Hal itu terkait dengan sikap-sikap yang ditunjukkan melalui adegan yang ada pada film Dilan 1991. Representasi Perempuan ini ditemukan pada adegan sikap guru privat terhadapnya yang terus mencari perhatiannya, lalu pelecehan secara verbal dan non verbal yang dilakukan oleh gurunya disekolah. Selain itu juga representasi perempuan dilihat dari cara mendidik seorang ibu yang sudah berfikir modern dari zamannya serta ada pula kesombongan ibu yang menggunakan jabatan keluarganya sebagai kekuatan dalam mengancam seseorang. Sehingga point yang ditemukan mengenai Representasi Perempuan pada film Dilan 1991 yaitu perempuan selalu terlihat lemah, perempuan selalu menjadi korban pelecehan, dan perempuan tidak terlepas dari sifat sombong.

Jurnal 4

Judul :

Analisis Teori Ekspresi Cinta Remaja Sebagai Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko dengan Menggunakan Strategi Penekanan Ekspresif

Objek :

Ekspresi Cinta Remaja Sebagai
Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko

Metode Penelitian :

Penelitian kuantitatif,teori Ferdinand de Saussure

Analisis :

Analisis ini mengenai teori ekspresi cinta remaja ini merupakan upaya untuk mengetahui kecenderungan emosi siswa yang memasuki usia remaja dengan diwujudkan dalam perilaku yang positif maupun negatif. Ketika seseorang jatuh cinta, maka dia akan dapat merasakan perasaan bahagia, kagum, rasa memiliki dan selalu ingin berbagi dengan orang yang dicintai dan perasaan lainnya. Perasaan jatuh cinta yang berlebihan akan mendorong individu untuk melakukan segala hal untuk memenuhi hasrat seksualnya, termasuk melanggar normanorma yang ada di masyarakat.. Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (2007), didapatkan bahwa remaja (15-19 th) sebagian telah melakukan seks bebas

Kesimpulan :

Pengekspresian cinta dirasionalisasikan menjadi sebuah bentuk perilaku hubungan seksual pranikah oleh remaja SMA sebagai bentukpeningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pemaknaan cinta yang berbeda ini dan mengarah pada perilaku seksual pranikah akan berdampak pada hilangnya masa depan remaja.Penerapan strategi expressive suppression ini dilakukan mengikuti tahapan regulasi emosi yaitu (1) Pemilihan Situasi (Situation Selection); (2) Modifikasi Situasi (Situation Modification); (3) Penyebaran Perhatian (Attention Deployment); (4) Perubahan Kognitif (Cognitive Change); dan (5) Penyesuaian Respon (Respon Modulation).

Jurnal 5:

Judul :

Analisis Perilaku Menyimpang Pada Remaja Dalam Film Dilan 1990

Objek :

Perilaku Menyimpang Pada Remaja Dalam Film Dilan 1990

Metode Penelitian :

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif, yang dimana kualitatif lebih memfokuskan pada pandangan fenomena dan menggali substansi makna dari fenomena tersebut. Teori yang di gunakan adalah teori pendekatan semiotika Roland Barthes yang mencakup tingakatan denotatif dan konotatif.

Analisis :

Dalam film Dilan 1990 menyampaikan bahwa bentuk perilaku menyimpang sudah banyak terjadi bahkan pada remaja di tahun 1990, dan kenakalan yang terjadi bukan hanya terdapat dalam lingkup sekolah, namun juga dari lingkup luar seperti pertemanan, keluarga, pasangan dan lainnya. Penelitian ini menggunakan teori signifikasi Roland Barthes yang mencakup denotatif, konotatif, dan mitos untuk mengenai bagaimana proses dan pemaknaan sebuah perilaku menyimpang yang ada dalam film Dilan 1990. Sedangkan dalam tingkat konotatif, perilaku menyimpang pada remaja diperlihatkan secara jelas melalui kode sinematik seperti latar tempat, waktu, watak dan mimik tokoh, dan teknik pengambilan gambar.

Kesimpulan :

Bentuk perilaku menyimpang dalam film Dilan 1990 secara denotatif diperlihatkan melalui unsur naratif yang bersifat verbal seperti melalui alur cerita, dialog, perilaku dan Tindakan yang dilakukan oleh pemeran dalam film. Sedangkan secara konotatif, bentuk-bentuk perilaku menyimpang diperlihatkan melalui kode sinematik seperti latar tempat, dan waktu, watak dan mimik tokoh, dan pengambilan gambar. Kode sinematik lebih berperan sebagai unsur pendukung untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang merujuk pada proses pemikiran setiap penonton jika dilihat dalam pemaknaa tingkat konotatif. Film Dilan 1990 ini dapat menampilkan potret dari sebuah kenyataan sosial mengenai bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang terjadi pada remaja .

Jurnal 6

Judul :

Konstruksi Romantisme Pada Film Dilan 1990

Objek :

Romantisme Pada Film Dilan 1990

Metode Penelitian :

Metode penelitian kualitatif dengan studi analisis semiotika
Charles Sanders Peirce.

Analisis :

Hasil dari penelitian ini adalah, ikon merupakan tanda visual dari scene yang dianggap memiliki sisi romantis berupa amplop surat, pakaian, teknik pengambilan gambar, angkutan umum, sekolah, ruang kelas, plastik berwarna hitam putih, telepon umum koin, jalanan, sorot mata Dilan, dan latar setting dilorong sekolah. Indeks merupakan pesan yang disampaikan dalam film, berupa indeks penanda perilaku, indeks penanda ekspresi, indeks penanda sosial, indeks penanda hadiah. Simbol atau lambang merupakan suatu kebenaran dalam tanda berupa, simbol amplop surat, simbol novel, simbol pengharapan, simbol telepon koin, simbol berjabat tangan, simbol ketertarikan, simbol kekhawatiran, simbol pengorbanan, dan simbol kekecewaan

Kesimpulan :

Dari hasil penelitian yang sudah diteliti, yang termasuk ke dalam icon pada film Dilan 1990 adalah berupa tanda visual seperti amplop dari Dilan, Dilan mengenakan pakaian outer, teknik pengambilan gambar, angkutan umum dengan jendela sedikit terbuka, sekolah, Dilan pergi ke tempat telepon umum koin, kelas, plastik hitam putih pemberian hadiah ulang tahun untuk Milea, kamar Milea, pengambilan gambar dengan close up, sebuah jalanan menuju sekolah, sorot mata Dilan saat berinteraksi dengan Milea, dan latar setting dilorong sekolah. Index merupakan suatu pesan yang akan disampaikan pada film Dilan 1990. Dari hasil penelitian yang sudah diteliti, yang termasuk ke dalam index pada film Dilan 1990 adalah index penanda perilaku,index penanda ekspresi, index penanda sosial,index penanda hadiah. Dari hasil penelitian yang sudah diteliti, yang termasuk ke dalam symbol pada film Dilan 1990 adalah symbol amplop surat, symbol buku novel, symbol pengharapan, symbol telepon umum koin, symbol berjabat tangan, symbol ketertarikan, symbol kekhawatiran, symbol pengorbanan, dan symbol kekecewaan.

Jurnal 7

Judul :

KAJIAN SEMIOTIK DALAM NOVEL “DILAN 1990” KARYA PIDI BAIQ

Objek :

SEMIOTIKA DALAM NOVEL “DILAN 1990” KARYA PIDI BAIQ

Metode Penelitian :

metode analisis deskriptif. metode penelian perpustakaan (Library researce).Analisis semiotika nya menggunakan teori Roland Baurtes

Analisis :

Semiotika yang biasa didefinisikan sebagai pengkaji tanda-tanda , pada dasarnya merupakan studi atas kode-kode, yaitu sebuah sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas sebagai sesuatu yang bermakna. Hubungan ini berkaitan dengan objek-objek kategori yang berlainan, dan inilah yang menjadi alasan bahwa hubungan ini tidak bersifat keseragaman, melainkan persamaan. Sedangkan dalam sistem semiologi ada tiga istilah yaitu penanda, petanda dan tanda. Penulis tertarik untuk menganalisis Kajian Semiotik dalam Novel “Dilan 1990” Karya Pidi Baiq. Penulis memilih novel ini sebagai bahan penelitian bukan semata-mata karena novel tersebut merupakan best seller yang telah diakui kualitasnya secara nasiona

Kesimpulan :

Citra merupakan gambaran seorang dalam eksistensinya sebagai perempuan dalam kehidupan sosial masyarakat. Citra merupakan gambaran yang dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur dasar konsep citra Wanita.

  1. film “Milea: Suara dari Dilan” menampilkan berbagai objek visual dari tokoh pemeran
  2. Sikap perjuangan yang tak terlepas dari karakter Dilan juga bisa jadi motivasi untuk penonton agar pantang menyerah dalam menjalani lika – liku kehidupan

Sedangkan aspek simbolik pada film ini cenderung merepresentasikan karakter para tokoh pemeran baik yang bersifat ikhlas, sabar dan rela berkorban dengan berbagai situasi dan kondisi peran yang dimainkan oleh para tokoh “Milea: Suara dari Dilan”.

  1. lika – liku kehidupan

Sedangkan aspek simbolik pada film ini cenderung merepresentasikan karakter para tokoh pemeran baik yang bersifat ikhlas, sabar dan rela berkorban dengan berbagai situasi dan kondisi peran yang dimainkan oleh para tokoh “Milea: Suara dari Dilan”.

Jurnal 9

Judul :

KEKERASAN SIMBOLIK DALAM FILM “DILAN 1990” DAN “DILAN 1991”

Objek :

FILM “DILAN 1990” DAN “DILAN 1991

Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Pendekatan analisis wacana dilakukan dengan menggunakan semiotika Roland Barthes.

Analisis :

Tanda denotasi dan konotasi pada setiap scene disusun secara sistematis dengan pembahasan akhir berupa makna konotasi dari kekerasan simbolik dalam bentuk bahasa, dominasi kekuasaan, serta tatapan intimidasi dan tatapan kecabulan.

Kesimpulan :

Terdapat tiga bentuk kekerasan simbolik yang terdapat dalam film “Dilan 1990” dan “Dilan 1991”, yaitu (1) kekerasan simbolik dalam bentuk bahasa dan ucapan; (2) kekerasan simbolik dalam bentuk dominasi kekuasaan; (3) kekerasan simbolik dalam bentuk tatapan.

Jurnal 10

Judul :

FANTASI PADA POPULARITAS TOKOH DILAN DAN MILEA DALAM FILM DILAN 1990 DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

(Analisis Subjek Menurut Teori Psikoanalisis Jacques Lacan)

Objek :

TOKOH DILAN DAN MILEA DALAM FILM DILAN 1990 DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

Metode Penelitian :

Metode yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif. Pendekatan analisis wacana dilakukan dengan menggunakan Teori Psikoanalisis Jacques Lacan

Analisis :

Film Dilan 1990 merupakan produk budaya media modern, secara fantastis telah mengalihkan cara pandang dan kebutuhan mahasiswa yang kompleks untuk memaknai realitas yang dipantulkan dari layar (screen), sehingga nampak esensial. Film Dilan 1990 akhirnya menjadi media yang secara psikis berhasil memberikan kenyamanan dan kerinduan nostalgis pada mahasiswa untuk mengeskpresikan makna pengalamannya yang dianggap hilang. Oleh karena itu rumusan masalah dalam skripsi ini meliputi bagaimana popularitas tokoh Dilan dan Milea dalam film Dilan 1990 dikalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel; dan bagaimana fantasi pada popularitas tokoh Dilan dan Milea film Dilan 1990 dikalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya menurut teori psikoanalisis Jacques Lacan.

Kesimpulan :

kesimpulan terkait dengan rumusan masalah mengenai fantasi terhadap popularitas film Dilan 1990 dikalangan mahasiswa UINSA sebagai berikut:

faktor mereka menonton film Dilan 1990 didasarkan pada beberapa faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam, seperti keinginan menonton film Dilan 1990 karena mereka ingin bernostalgia dan mengenang pengalaman ketika masih berseragam putih- abu-abu, para informan mahasiswa mengenal ketenaran tokoh Dilan dan Milea karena menjadi trend topik di media-media, bahkan presiden Joko Widodo mengakui popularitas film Dilan 1990 yang juga di anggap bernilai nostalgis. Akan tetapi selalu ada yang Lain dari mereka, yang menjelma menjadi bahasa budaya (iklan,citra figur, gosip, dan orang lain) yang menghasrati para mahasiswa agar menonton film Dilan 1990. Semua upaya mereka demi mendapatkan simbol-simbol yang di anggap ideal akan citra, image dan gaya hidup modern yang didambakan.

JURNAL 11

Judul:

PERSEPSI REMAJA PADA ROMANTISISME FILM DILAN 1990 

Object

persepsi

Metode penelitian:

Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif

Analisis:

Melalui penelitian ini dengan berjudul «PERSEPSI REMAJA PADA ROMANTISISME FILM DILAN 1990» mendapatkan hasil penelitian bahwa film Dilan 1990 memang berhasil membius para penonton sebagai film romantis. Tidak hanya dalam segi hal romantis, faktor artis dan gaya penampilannya juga menjadi faktor orang untuk menonton film dilan, khususnya pada remaja yang selalu ingin meniru apa yang sedang terjadi disekitarnya, hal itulah menjadi salah satu daya tarik pada Film dilan.

Kesimpulan:

1. Penonton mulai memilih adegan khas dan menarikpada film tersebut

.2. Proses interpretasi akan timbul dengan cara mengorganisasikan suatu adegan yang telah diambil dan dokumentasi.

3. Maka dari proses interpretasi, penonton akan menghasilkan perilaku yang disebut reaksi. Karena faktor usia yang masih belum cukup dalam memilih dan memilah perilaku yang mana menurutnya itu benar.

JURNAL 12

Judul :

FILM DAN NOVEL DEAR NATHAN KARYA ERIK FEBRIAN DALAM PERSPEKTIF SASTRA BANDINGAN

Object:

film dan novel Dear Nathan dalam perspektif sastra banding

Metode penelitian:

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan kajian sastra bandingan. 

Analisis :

Pembahasan difokuskan pada Perbandingan unsur pembangun film Dear Nathan dengan unsur pembangun novel Dear Nathan karya Erisca Febriani, berupa:Plot, penokohan, dan latar.

Kesimpulan:

Berdasarkan kajian flm dan novel Dear Nathan karya Erisca Febriani menjelaskan Film dan novel mempunyai unsur pembangun yang berbeda untuk menampilkan sebuah hasil karya sastra. Maka perbandingan antara film dan novel Dear Nathan dilihat dari sudut unsur pembangun memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Pertama untuk plot pada film dan novel Dear Nathan terdiri dari 3 plot yang ditampilkan, dengan alur cerita yang sama. Sedangkan pada novel Dear Nathan berjumlah 49 tokoh. Kemudian latar pada film Dear Nathan berjumlah 40. Sedangkan pada novel Dear Nathan berjumlah 49 temuan. Selain itu, untuk novel berupa tulisan yang bisa dibaca kapan pun. Sedangkan pada film terbatas pada durasi waktu film yang ditayangkan. Terutama film Dear Nathan ditayangkan melalui bioskop yang mempunyai batas waktu.

JURNAL 13

Judul:

ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURALISME FERDINAND DE SAUSSURE PADA FILM”BERPAYUNG RINDU”

Object:

FILM “BERPAYUNG RINDU”

Metode penelitian:

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif karena penjabaran mengenai film tersebut menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure yang difokuskan kepada penanda (signifier) dan petanda (signified) yang muncul dari film “Berpayung Rindu”. 

Analisis:

Berdasarkan hasil analisis semiotika Ferdinad de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series «Berpayung Rindu». Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang.

Kesimpulan:

Sebuah Web Series yang terdiri dari 3 episode dengan satu Video Clip. Tiap Episode berdurasi 10 menit. Pertama untuk dapat menganalisa film ini secara keseluruhan, maka yang harus pertama dilakukan adalah menganalisa setiap aspek dari film itu sendiri secara detail, mulai dari objek-objek yang ada, teknis pengambilan rekaman semisal pencahayaan, dan lain sebagainya.

JURNAL 14

Judul :

ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

Objek :

FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

Metode Penelitian :

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.

Analisis :

Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.

Kesimpulan :

Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta merupakan sebuah gambaran mengenai kehidupan yang memiliki perbedaan agama, suku, budaya dan sosial. 

JURNAL 14

Judul :

ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

Objek :

FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

Metode Penelitian :

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.

Analisis :

Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.

Kesimpulan :

Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta merupakan sebuah gambaran mengenai kehidupan yang memiliki perbedaan agama, suku, budaya dan sosial. 

JURNAL 15

Judul :

PANDANGAN CINTA ROMANTIS MENURUT ANAK MUDA

Objek :

PANDANGAN CINTA ROMANTIS MENURUT ANAK MUDA

Metode Penelitian :

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan kuesioner untuk menggali data guna mengetahui gambaran dari suatu latar belakang suatu kejadian yang bersifat umum (Sugiyono, 2013). Menggunakan teori Teori Sternberg

Analisis :

Pada penelitian ini, terdapat dua dimensi transcendence dari butir pernyataan berbeda yang menempati urutan teratas hasil survei. Kedua aitem dengan dimensi transcendence secara umum menggambarkan perubahan individu ke arah yang lebihbaik. Sedangkan, dimensi transcendence yang mendapatkan konsensuspersetujuan sebanyak 81% berisikan butir pernyataan «cintaku akan membuatPasanganku menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik».

Kesimpulan :

Berdasarkan survei pandangan cinta romantis yang telah dilakukan melalui penyebaran kuesioner, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pandangan cinta romantis menurut anak muda melibatkan perpaduan antara tiga dimensi cinta Teori Sternberg yang menghasilkan consummate love. Tidak hanya dimensi consummate love, apabila temuan survei diurutkan dalam peringkat berdasarkan persentase, maka dimensi cinta romantis dengan peringkat lima teratas antara lain 1) consummate love, 2)attachment dan companionate love, 3)transcendence, 4)limerence,5)transcendence dan infatuated love.

JURNAL 16

Judul :

REPRESENTASI KONSEP CINTA PADA FILM FIVE FEET APART (2019): KAJIAN SEMIOTIKA PIERCE

Objek :

REPRESENTASI KONSEP CINTA PADA FILM FIVE FEET APART

Metode Penelitian :

peneliti menggunakan metode kuantatif .penulis juga mengumpulkan data sekunder dari sumber lain seperti buku dan jurnal yang berkaitan dengan penerapan teori semiotika oleh Charles Sanders Peirce. 

Analisis :

Hasil dan kajian penelitian ini adalah film Five Feet Apart memiliki beberapa tanda yang digunakan untuk merepresentasikan konsep cinta yang muncul pada tokoh utama dalam film Five Feet Apart. Reeper (2013: 8) mengklaim bahwa ada begitu banyak hal yang terjadi dalam sebuah film, dan mungkin sulit untuk mencoba memahami banyak tanda dalam adegan film dalam sekali tontonan. Menontonfilm dengan seksama dan mempelajarinya diperlukan untuk memahami tanda yang mungkin mengandung makna tersembunyi. Oleh dari itu, semiotika sering digunakan untuk menganalisis film. 

Kesimpulan :

Apart dapat dianalisis melalui kajian semiotika Charles Sanders Pierce meliputi sign, object dan interpretant.Unsur-unsur tersebut direpresentasikan melalui tanda-tanda dan objek yang berkaitan dengan konsep cinta Sternberg seperti kedekatan, komunikasi, ekspresi bahagia, gairah dan sebagainya.
Terdapat 10 scenes yang merepresentasikan makna komponen intimacy, 7 scenes yang passion, serta scene yang commitment.

JURNAL 17

Judul :

REPRESENTASI SABAR DALAM FILM “CINTA LAKI-LAKI BIASA”

Objek :

“CINTA LAKI-LAKI BIASA”

Metode Penelitian :

Metode Kualitatif dan Teori semioitika Roland Barthes

Analisis :

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat pada suatu paket pesan atau teks. Urusan analisis semiotik adalah melacak maknamakna yang diangkat teks berupa lambang-lambang .Dengan kata lain pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik..Dalam penelitian ini, penulis khususnya menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes untuk menggambarkan tanda-tanda sabar tokoh Rafli dalam film «Cinta Laki-Laki biasa». Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.

Kesimpulan :

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Sabar ketika melakukan ketaatan dengan melakukanya dengan cara yang baik sesuai tuntunan Rasulullah, dan bersabar setelah melakukan ketaatan dengan tidak bersikap ujub membanggakan ibadah yang telah dilakukan. 

2. Sabar terhadap perlakuan yang tidak baik dari orang lain. Senantiasa memaafkan dan berlapang dada dengan keyakinan bahwa semua itu akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

3. Sabar terhadap ujian dan cobaan dari Allah. Tetap harus merasa yakin atau optimis bahwa akan ada pertolongan dari Allah kepada kita, harus berserah diri kepada Allah sehingga dapat menerima apapun hasil ikhtiar dengan lapang dada.

4. Sabar menunggu janji Allah. Segala cobaan yang datang serta ujian yang diberikan oleh Allah maka harus bersikap optimis bahwasanya Allah akan menepati janjinya kepada orang-orang yang kuat imannya dan bersabar terhadap segala cobaan yang diberikan oleh Allah.

JURNAL 18

Judul :

Ketegangan Kisah Cinta Remaja dalam Novel Saraswati Karya Kanti W. Janis

Objek :

Ketegangan Kisah Cinta Remaja dalam Novel Saraswati Karya Kanti W. Janis

Metode Penelitian :

Metode penelitian nya menggunakan deskriptif kualitatis dan menggunakan analisis penelitian teori semiotika Ferdinand de Saussure

Analisis :

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ketegangan kisah cinta remaja dalam novel Saraswati karya Kanti W.Janis. Oleh sebab itu, pendekatan yang akandigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik, sebuah pendekatantekstual seperti umumnya pendekatan modern, yang diilhami, diangkat, dan dikembangkan dari linguistik umum yang digagas oleh Ferdinand de Saussure.Pada dasarnya, semiotik melihat semua hal sebagai tanda. Ada banyak teori yang dilahirkan oleh semiotika.

Kesimpulan :

Pada bagian pertama, ketika Disam baru berteman dengan Rasty. Saat itu Disam berkunjung ke rumah Rasty, akan tetapi ketika sampai di sana Disam tidak menemukan Rasty, ia menghilang begitu saja tanpa memberi kabar . Pada bagian empat, mereka berpisah lagi karena Rasty memilih menikah dengan Bisma. Disam dipertemukan dengan Sekar, putri dari Rasty dan Bisma .Dalam perjalanan cinta Disam dan Rasty, terjadi ketegangan hubungan antara Disam dan tokoh lain. Disam dan Pa jarang berkomunikasi kecuali dengan Ma. Disam . Kedua, adanya ketegangan hubungan antara Disam dengan Rasty. Ketiga, pada bagian akhir cerita, Bisma mengakui kesalahannya kepada Disam bahwa dulu dirinya telah menodai Rasty hingga Rasty terpaksa memutuskan menikah dengannya.

JURNAL 19

Judul :

NOVEL “212: CINTA MENGGERAKKAN SEGALA” DALAM ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES

Objek :

CINTA MENGGERAKKAN SEGALA

Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dan menggunakan teori analisis Roland Barthes

dalam bentuk perilaku dari responden yang diamati.

Analisis :

Analisis data menggunakan semiotika Roland Barthes ini terdapat dua bagian. Pertama, denotatif yang mengandung arti makna yang paling nyata dari tanda.Kedua, konotatif yang menjadi inti dari teori Roland. Keduanya nanti akan melahirkan data temuan dari data yang dianalisis. Selanjut analisis ini juga menggunakan perspektif mitos. Mitos adalah produk sosial baik berkenaan dengan hidup, mati, agama, primitif, dan lainnya. Tujuannya untuk memperjelas data yang dihasilkan tahap konotasi

Kesimpulan :

Novel 212: Cinta Menggerakkan Segala menceritakan aksi damai yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2016. Suatu peristiwa luar biasa karena pada saat itu tujuh juta orang memenuhi kawasan monumen nasional (Monas) dan sekitar. Dalam novel ini juga menceritakan satu keluarga yang memiliki pandangan masing-masing terhadap aksi damai 212. Sebelum ditulisnya novel ini, aksi damai sudah pernah di film kan pada bulan April 2018 lalu kemudian di tulis dalam sebuah bentuk novel.Penanda dan petanda sensitivitas agama dalam novel 212: Cinta Menggerakkan Segala terdapat pada cara dialog, debat, dan ajakan untuk mengikuti aksi.


JURNAL 20

Judul :

ISLAMOFOBIA DALAM FILM AYAT-AYAT CINTA 2 (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) 

Objek :

ISLAMOFOBIA DALAM FILM AYAT-AYAT CINTA 2 

Metode Penelitian :

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode library research yaitu penelitian kualitatif yang dilakukan dengan menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data serta menggunakan teori Roland barthes

Analisis :

Film merupakan salah satu media komunikasi yang sudah lazim diperbincangkan di Indonesia. Dalam prakteknya, film memuat informasi-informasi penting yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada masyarakat luas melalui adegan yang disuguhkan dalam film. 

Kesimpulan :

Islamophobia bukanlah fenomena yang yang lahir pasca tragedi 11/9, melainkan dimulai pada abad ke-8 Islam telah menjalin hubungan yang erat dengan Barat. Pandangan Barat terhadap Islam berubah ketika pada abad ke11, yang termanifestasikan dalam peristiwa perang Salib. Islamophobia yang diperlihatkan dalam film ini tervisualisasikan dalam pelbagai tindakan yang tidak menyenangkan seperti cemoohan, vandalisme, diskriminasi budaya, serta penyerangan fisik. Kemunculan Islamophobia bukan hanya muncul karena peristiwa teror oleh sebagian kelompok yang mengatasnamakan Islam.



Friday, April 28, 2023

#JURNAL 1
Judul: PERSEPSI REMAJA PADA ROMANTISISME FILM DILAN 1990 
Object: persepsi
Metode penelitian: Jenis Penelitian 
Penelitian ini menggunakan deskriptif 
kualitatif, tujuannya adalah untuk mendapatkan data informasi tentang 
bagaimana persepsi remaja. 
Analisis:Melalui penelitian ini dengan berjudul «PERSEPSI REMAJA PADA ROMANTISISME FILM DILAN 1990» mendapatkan hasil penelitian bahwa film Dilan 1990 memang berhasil membius para penonton sebagai film romantis. Tidak hanya dalam segi hal romantis, faktor artis dan gaya penampilannya juga menjadi faktor orang untuk menonton film dilan, khususnya pada remaja yang selalu ingin meniru apa yang sedang terjadi disekitarnya, hal itulah menjadi salah satu daya tarik pada Film dilan.
Kesimpulan: 1. Penontonmulai memilih adegan khas dan menarikpada film tersebut.2. Proses interpretasi akan timbul dengan cara mengorganisasikan suatu adegan yang telah diambil dan dokumentasi.
3. Maka dari proses interpretasi, penonton akan menghasilkan perilaku yang disebut reaksi. Karena faktor usia yang masih belum cukup dalam memilih dan memilah perilaku yang mana menurutnya itu benar.

#JURNAL 2
JUDUL: FILM DAN NOVEL DEAR NATHAN KARYA ERIK FEBRIAN DALAM 
PERSPEKTIF SASTRA BANDINGAN
Object: film dan novel 
Dear Nathan. 
Metode penelitian: Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan kajian sastra bandingan. 
ANALISIS:Pembahasan difokuskan pada Perbandingan unsur pembangun film Dear Nathan dengan unsur pembangun novel DearNathankaryaEriscaFebriani,berupa:Plot, penokohan, danlatar.
Kesimpulan: Berdasarkan kajian flm dan novel Dear Nathan karya Erisca Febriani menjelaskan Film dan novel mempunyai unsur pembangun yang berbeda untuk menampilkan sebuah hasil karya sastra. Maka perbandingan antara film dan novel Dear Nathan dilihat dari sudut unsur pembangun memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Pertama untuk plot pada film dan novel Dear Nathan terdiri dari 3 plot yang ditampilkan, dengan alur cerita yang sama. Sedangkan pada novel Dear Nathan berjumlah 49 tokoh. Kemudian latar pada film Dear Nathan berjumlah 40. Sedangkan pada novel Dear Nathan berjumlah 49 temuan. Selain itu, untuk novel berupa tulisan yang bisa dibaca kapan pun. Sedangkan pada film terbatas pada durasi waktu film yang ditayangkan. Terutama film Dear Nathan ditayangkan melalui bioskop yang mempunyai batas waktu.

#JURNAL 3
Judul: ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURALISME FERDINAND DE SAUSSURE PADA FILM"BERPAYUNG RINDU"
Object: FILM "BERPAYUNG RINDU"
Metode penelitian: Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif karena penjabaran mengenai film tersebut menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure yang difokuskan kepada penanda (signifier) dan petanda (signified) yang muncul dari film “Berpayung Rindu”. 
Analisis: Berdasarkan hasil analisis semiotika Ferdinad de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series «Berpayung Rindu». Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang.
Kesimpulan: Sebuah Web Series yang terdiri dari 3 episode dengan satu Video Clip. Tiap Episode berdurasi 10 menit. Pertama untuk dapat menganalisa film ini secara keseluruhan, maka yang harus pertama dilakukan adalah menganalisa setiap aspek dari film itu sendiri secara detail, mulai dari objek-objek yang ada, teknis pengambilan rekaman semisal pencahayaan, dan lain sebagainya.

#JURNAL 4
JUDUL:ANALISIS SEMIOTIK
FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
OBJEK:FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
•METODE PENELITIAN:Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptifkualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembaliuntuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.
•ANALISIS:Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.
•KESIMPULAN:Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta merupakan sebuah gambaran 
mengenai kehidupan yang memiliki perbedaan agama, suku, budaya 
dan sosial. 

#JURNAL 5
JUDUL:PANDANGAN CINTA ROMANTIS MENURUT ANAK MUDA
•OBJEK:PANDANGAN CINTA ROMANTIS MENURUT ANAK MUDA
•METODE PENELITIAN:Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan kuesioner untuk menggali data guna mengetahui gambaran dari suatu latar belakang suatu kejadian yang bersifat umum (Sugiyono, 2013). Menggunakan teori Teori Sternberg
•ANALISIS:Pada penelitian ini, terdapat dua dimensi transcendence dari butir pernyataan berbeda yang menempati urutan teratas hasil survei. Kedua aitem dengan dimensi transcendence secara umum menggambarkan perubahan individu ke arah yang lebihbaik. Sedangkan, dimensi transcendence yang mendapatkan konsensuspersetujuan sebanyak 81% berisikan butir pernyataan «cintaku akan membuatPasanganku menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik».
•KESIMPULAN:Berdasarkan survei pandangan cinta romantis yang telah dilakukan melalui penyebaran kuesioner, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pandangan cinta romantis menurut anak muda melibatkan perpaduan antara tiga dimensi cinta Teori Sternberg yang menghasilkan consummate love. Tidak hanya dimensi consummate love, apabila temuan survei diurutkan dalam peringkat berdasarkan persentase, maka dimensi cinta romantis dengan peringkat lima teratas antara lain 1) consummate love, 2)attachment dan companionate love, 3)transcendence, 4)limerence,5)transcendence dan infatuated love.
#JURNAL 6
•JUDUL:REPRESENTASI KONSEP CINTA PADA FILM FIVE FEET APART (2019): KAJIAN SEMIOTIKA PIERCE
•OBJEK:REPRESENTASI KONSEP CINTA PADA FILM FIVE FEET APART 
•METODE PENELITIAN:peneliti 
menggunakan metode kuantatif yang 
sifatnya deskriptif dengan pendekatan 
analisis semiotika. penulis juga mengumpulkan data sekunder dari sumber lain seperti buku dan jurnal yang berkaitan dengan penerapan teori semiotika oleh CharlesSanders Peirce. 
•ANALISIS:Hasil dan kajian penelitian ini 
adalah film Five Feet Apart memiliki 
beberapa tanda yang digunakan untuk 
merepresentasikan konsep cinta yang 
muncul pada tokoh utama dalam film 
Five Feet Apart. Reeper (2013: 8) 
mengklaim bahwa ada begitu banyak 
hal yang terjadi dalam sebuah film, dan 
mungkin sulit untuk mencoba 
memahami banyak tanda dalam adegan 
film dalam sekali tontonan. Menonton
film dengan seksama dan 
mempelajarinya diperlukan untuk 
memahami tanda yang mungkin 
mengandung makna tersembunyi. Oleh 
dari itu, semiotika sering digunakan 
untuk menganalisis film. 
•KESIMPULAN:Apart dapat dianalisis melalui kajian semiotika Charles Sanders Pierce meliputi sign, object dan interpretant.
Unsur-unsur tersebut direpresentasikan melalui tanda-tanda dan objek yang berkaitan dengan konsep cinta Sternberg seperti kedekatan, komunikasi, ekspresi bahagia, gairah dan sebagainya.
Terdapat 10 scenes yang merepresentasikan makna komponen intimacy, 7 scenes yang passion, serta scene yang commitment.

#JURNAL 7
•JUDUL:REPRESENTASI SABAR 
DALAM FILM “CINTA LAKI-LAKI BIASA”
•OBJEK:“CINTA LAKI-LAKI BIASA”
•METODE PENELITIAN:Dalam penelitian ini, penulis khususnya menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes untuk menggambarkan tanda-tanda sabar tokoh Rafli dalam film «Cinta Laki-Laki biasa». Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.menggunakan teori Roland barthes
•ANALISIS:Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat pada suatu paket pesan atau teks. Urusan analisis semiotik adalah melacak maknamakna yang diangkat teks berupa lambang-lambang .Dengan kata lain pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik..Dalam penelitian ini, penulis khususnya menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes untuk menggambarkan tanda-tanda sabar tokoh Rafli dalam film «Cinta Laki-Laki biasa». Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.
•KESIMPULAN:1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Sabar ketika melakukan 
ketaatan dengan melakukanya dengan cara yang baik sesuai tuntunan Rasulullah, dan bersabar setelah melakukan ketaatan dengan tidak bersikap ujub membanggakan ibadah yang
telah dilakukan. 
2. Sabar terhadap perlakuan yang tidak baik dari orang lain. Senantiasa memaafkan dan berlapang dada dengan keyakinan bahwa semua itu akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
3. Sabar terhadap ujian dan cobaan dari Allah. Tetap harus merasa 
yakin atau optimis bahwa akan ada pertolongan dari Allah kepada kita, harus berserah diri kepada Allah sehingga dapat 
menerima apapun hasil ikhtiar dengan lapang dada.
4. Sabar menunggu janji Allah. Segala cobaan yang datang serta 
ujian yang diberikan oleh Allah maka harus bersikap optimis bahwasanya Allah akan menepati janjinya kepada orang-orang yang kuat imannya dan bersabar terhadap segala cobaan yang diberikan oleh Allah.

#JURNAL 8
•JUDUL:Ketegangan Kisah Cinta Remaja dalam Novel Saraswati Karya Kanti W. Janis
•OBJEK:Ketegangan Kisah Cinta Remaja
•METODE PENELITIAN:Metode penelitian ialah cara-cara yang digunakan oleh seorang peneliti dalam melakukan suatu penelitian sesuai dengan objek dan jenis penelitian. Ferdinand de Saussure.Pada dasarnya, semiotik melihat semua hal sebagai tanda.Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif. 
•ANALISIS:Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ketegangan kisah cinta remaja dalam novel Saraswati karya Kanti W.Janis. Oleh sebab itu, pendekatan yang akandigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik, sebuah pendekatantekstual seperti umumnya pendekatan modern, yang diilhami, diangkat, dan dikembangkan dari linguistik umum yang digagas oleh Ferdinand de Saussure.Pada dasarnya, semiotik melihat semua hal sebagai tanda. Ada banyak teori yang dilahirkan oleh semiotika.
•KESIMPULAN:Pada bagian pertama, ketika Disam baru berteman dengan Rasty. Saat itu Disam berkunjung ke rumah Rasty, akan tetapi ketika sampai di sana Disam tidak menemukan Rasty, ia menghilang begitu saja tanpa memberi kabar . Pada bagian empat, mereka berpisah lagi karena Rasty memilih menikah dengan Bisma. Disam dipertemukan dengan Sekar, putri dari Rasty dan Bisma .
Dalam perjalanan cinta Disam dan Rasty, terjadi ketegangan hubungan antara
Disam dan tokoh lain. Disam dan Pa jarang berkomunikasi kecuali dengan Ma. Disam . Kedua, adanya ketegangan hubungan antara Disam dengan Rasty.
Ketiga, pada bagian akhir cerita, Bisma mengakui kesalahannya kepada Disam bahwa dulu dirinya telah menodai Rasty hingga Rasty terpaksa memutuskan menikah dengannya.

#JURNAL 9
•JUDUL:NOVEL “212: CINTA MENGGERAKKAN SEGALA” DALAM
ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES
•OBJEK:CINTA MENGGERAKKAN SEGALA
•METODE PENELITIAN:Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang menghasilkan hasil yang deskriptif dari responden yang mana berupa kata-kata atau 
dalam bentuk perilaku dari responden yang diamati.
•ANALISIS:Analisis data menggunakan semiotika Roland 
Barthes ini terdapat dua bagian. Pertama, denotatif yang mengandung arti 
makna yang paling nyata dari tanda.Kedua, konotatif yang menjadi inti dari 
teori Roland. Keduanya nanti akan melahirkan data temuan dari data yang 
dianalisis. Selanjut analisis ini juga menggunakan perspektif mitos. Mitos 
adalah produk sosial baik berkenaan dengan hidup, mati, agama, primitif, dan 
lainnya. Tujuannya untuk memperjelas data yang dihasilkan tahap konotasi
•KESIMPULAN:Novel 212: Cinta Menggerakkan Segala menceritakan 
aksi damai yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2016. Suatu peristiwa 
luar biasa karena pada saat itu tujuh juta orang memenuhi kawasan monumen 
nasional (Monas) dan sekitar. Dalam novel ini juga menceritakan satu 
keluarga yang memiliki pandangan masing-masing terhadap aksi damai 212. 
Sebelum ditulisnya novel ini, aksi damai sudah pernah di film kan pada bulan 
April 2018 lalu kemudian di tulis dalam sebuah bentuk novel.
Penanda dan petanda sensitivitas agama dalam novel 212: Cinta 
Menggerakkan Segala terdapat pada cara dialog, debat, dan ajakan untuk 
mengikuti aksi.

#JURNAL 10
•JUDUL:ISLAMOFOBIA DALAM FILM AYAT-AYAT CINTA 2 
(ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) 
•OBJEK:ISLAMOFOBIA DALAM FILM AYAT-AYAT CINTA 2 
•METODE PENELITIAN:Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode library research yaitu penelitian kualitatif yang dilakukan dengan menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data (Kaelan, 2005:138). Menggunakan teori Roland barthes
•ANALISIS:Film merupakan salah satu media komunikasi yang sudah lazim diperbincangkan di Indonesia. Dalam prakteknya, film memuat informasi-informasi penting yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada masyarakat luas melalui adegan yang disuguhkan 
dalam film. 
•KESIMPULAN:Islamophobia bukanlah fenomena yang yang lahir pasca tragedi 11/9, melainkan dimulai pada abad ke-8 Islam telah menjalin hubungan yang erat dengan Barat. Pandangan Barat terhadap Islam berubah ketika pada abad ke
11, yang termanifestasikan dalam peristiwa perang Salib. Islamophobia yang diperlihatkan dalam film ini tervisualisasikan dalam pelbagai tindakan yang tidak menyenangkan seperti cemoohan, vandalisme, diskriminasi budaya, serta penyerangan fisik. Kemunculan Islamophobia bukan hanya muncul karena peristiwa teror oleh sebagian kelompok yang mengatasnamakan Islam.

Wednesday, April 5, 2023

ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE "Film Dilan 1990"

ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE "Film Dilan 1990"

Objek : film dilan 1990

Abstract:

dalam film bertajuk romantis remaja ini,film layar lebar dilan yang di angkat dari sebuah novel karangan pidi baiq,film ini menjadi film romantis remaja terbaik setelah film AADC. Film ini sangat booming di kalangan remaja lantaran emosi yang tersampaikan dari para aktor mampu menyentuh emosi para penonton nya,apalagi target dari film ini adalah para remaja. Yang pada umumnya remaja yang sedang mengalami sebuah emosi perasaan tentang cinta yang merupakan remaja yang mengalami proses pendewasaan,di mana di fase remaja cinta muncul seiring pertumbuhan biologis pada tubuh manusia. Tentu dengan adanya film ini sangat mempengaruhi emosi para remaja yang sedang mengalami proses pendewasaan dan mengajarkan bagaimana bijak dalam masalah percintaan agar tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan. Dalam film ini mengkisahkan cerita anak remaja yang sedang mengalami jatuh cinta dengan gaya khas cowo bad boy yang di mana tipe cowo bad boy masih menjadi karakter favorit di setiap kisah romantis.Di film ini terdapat karakter wanita bernama milea yang membuat jatuh cinta sang ketua geng motor yaitu dilan. cerita ini di buat dengan lika liku percintaan yang di alami oleh mereka,seperti penting nya kepercayaan dan kepastian. Banyaknya emosi percintaan dalam film ini tidak selalu tentang dampak negatif nya terhadap para remja yang melihat.Terdapat sisi positif yang di tampilkan seperti mengajarkan para remaja agar bijak dalam hal percintaan dan lebih berhati-hati dalam menanggapi hal percintaan yang akan merugikan kedua belah pihak atau sebelah pihak yang terjalin. Dalam penelitian ini menggunakan teori Ferdinand Saussure yaitu teori penanda yang di mana objek film ini sebagai penanda emosi percintaan remaja. Metode yang di gunakan adalah metode penelitian kualitatif , dan metode deskriptif kualitatif karena fokus pada pengamatan emosi percintaan remaja, dan mengeksplorasi situasi sosial permasalahan emosi yang di alami remaja.

Keyword : Remaja,Film,Dilan,Cinta,Emosi

Maulidya Nugrahani 202146500705

Faizalrahman 202146500715

Tuesday, April 4, 2023

jurnal Dalam semiotika Ferdinand de saussure

#JURNAL 1
Judul: ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE SEBAGAI REPRESENTASI
NILAI KEMANUSIAAN DALAM FILM THE CALL
Object: FILM THE CALL
Metode penelitian: Metode pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi subjek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. (Sugiyono, 2010:1). Metode penelitian kualitatif digunakan apabila masalah penelitian belum jelas memahami makna di balik yang tampak, untuk memahami interaksi sosial, memahami perasaan orang, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, atau meneliti sejarah perkembangan. Penelitian kulitatif yakni penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dan bersifat multimetoda, dalam fokusnya menggunakan pendekatan naturalistik interpretatif kepada subyek yang diteliti (Rakhmat, 2004:4). Sedangkan semiotika, merupakan analisis yang digunakan untuk mencari makna dalam sebuah tanda. Pendekatan semiotika yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah semiotika dari Ferdinand de Saussure.
Analisis: Sesuai dengan pandangan semiotika Ferdinand, maka pada penanda dan petanda yang akan di bahas pada film Soegija adalah pada potongan-potongan scene yang sudah di pilih oleh peneliti. Nilai kemanusiaan direpresentasikan melalui adegan, dialog dan setting. Pertama nilai kemanusiaan di representasikan melalui adegan, adegan yang menggambarkan nilai kemanusiaan dalam scene yang telah dianalisis yaitu adanya rasa kepedulian terhadap sesama, dimana sosok Jordan yang memperhatikan warga yang sedang dalam keadaan darurat yang diculik menandakan bahwa Jordan memiliki rasa kepedulian pada sesama. Pada adegan juga memperlihatkan rasa peduli. Rasa keperdulian adalah salah satu cerminan rasa kemanusiaan. Pada adegan yang menandakan adanya rasa peduli dilihat dari adegan Jordan dimana ia berusaha untuk mengerahkan semua tenaganya untuk membantu Casey dari serangan penculiknya hal ini berarti seorang petugas telfon darurat memiliki hati nurani dan rasa kemanusiaan juga. Dari kedua adegan tersebut merepresentasikan nilai kemanusiaan.
Kesimpulan: a. Penanda Penanda dalam semiotika ini dikemukaan oleh Ferdinand De Saussure dilihat sebagai bentuk atau wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur. Makna petanda yang dapat diambil dari tujuh scene yang telah dianalisis melalui adegan, dialog, dan latar adalah gambaran tentang seorang operator darurat yang dituntut untuk bisa menyelamatkan masyarakatnya yang membutuhkan pertolongan dengan segala macam solusi.. b. Petanda Petanda dalam semiotika ini dikemukaan oleh Ferdinand De Saussure dilihat sebagai makna yang terungkap melalui fungsi dan nilai-nilai yang terkandung di dalam karya arsitektur. Tokoh seorang pelayan operator darurat yang memperlihatkan keperdulian, rasa cinta, tolong menolong kepada orang yang tidak ada hubungan keluarga, bukan seorang teman akan tetapi bisa berjanji dan menepatinya untuk menyelamatkan. Inilah yang termasuk nilai kemanusiaan yang terkandung dikaitkan dengan dialog, adegan, dan latar dalam film ini. c. Nilai Kemanusiaan Berdasarkan analisis semiotika Saussure, terdapat representasi nilai kemanusiaan yang diproyeksikan melalui adegan, dialog, dan latar. Adapun nilai kemanusiaan yang tampak pada film The Call ini adalah : 1) Kepedulian terhadap sesama manusia 2) Rela berkorban demi keselamatan masyarakat 3) Tolong-menolong bekerja sama di tengah kesulitan 4) Menempatkan kepentingan masyarakyat di atas kepentingan pribadi.

#JURNAL 2
JUDUL: Analisis Semiotika Ferdinand De Sausures Makna Pesan Iklan Rokok A Mild Versi Langkah
Object: Rokok A Mild
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Arikunto (dalam Indriani, 2008) menyebutkan penelitian kualitatif merupakan penlitian deskriptif karena penelitian ini berusaha menggambarkan data dengan kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan simpulan. Djajasudarma (2006) menambahkan deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data yang akurat sesuai dengan sifat alamiahdata itu sendiri. sedangkan riset yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah analisa semiotika Ferdinand De Saussure. Teknik semiotika yang sengaja dipilih untuk menganalisis makna pesan dalam iklan Rokok A Mild Versi “Langkah”.
Analisis: A Mild selalu menciptakan sebuah iklan yang berorentasi pada anak muda,segmentasi pasarnya juga sudah diketahui dan punya pasar yang sehat dalam penjualan produk, dalam upaya penciptaan citra untuk sebuah produk terdapat pembentukan sebuah produk terdapat pembentukan „kepribadian‟ yang dengannya para konsumen tertentu bisa dengan mudah melakukan identifikasi produk. Nama, kemasan, logo, harga, kekuatan visualisasi gambar, dan seluruh penampilan sebuah produk menciptakan karakter yang bisa dikenali dengan maksud untuk menarik minat satu jenis konsumen tertentu Berdasarkan temuan yang ada, peneliti dapat kembali mengkonfirmasikan dengan teori. Disebutkan dalam iklan Rokok A Mild Versi Langkah terdapat beberapa temuan pesan semiotik. Dalam hal ini, iklan Rokok Versi Langkah mengandung banyak pesan yang inspirasi dengan kata-kata yang tersirat. Mereka tidak hanya menjual produk semata, melainkan menjadi inspirator bagi konsumen dengan kata pamungkas mereka Go Ahead.
Kesimpulan: Penanda yang terdapat dalam iklan Rokok A Mild versi Langkah, langkah ini adalah hasil dari apa yang kita lalui. Hal ini bisa kita ketahui dari beberapa adegan langah manusia yang beraktifitas dengan ekspresi langkah sangat ringan dan ia sukai tanpa beban. Ada pula langkah berat, langkah berderap, langkah sendiri, langkah gak melangkah, langkah melawan arus, langkah penuh dengan penasaran. Adapun petanda dalam iklan Rokok A Mild Versi Langkah adalah hari ini adalah langkah yang kita lalui dari berbagai macam langkah yang ditayangkan. Langah yang ringan digambarkan oleh iklan dengan beberapa adegan langkah ringan bebrapa pemuda yang menggunakan skateboard dan pria yang terjun kedalam sungai dengan ceria. Sedangkan dalam langkah berat digambarkan dalam iklan beberapa adegan dengan langkah yang menaiki tangga, seorang cewek yang memakai haighil dan bebrapa pemuda yang mendorong mobilnya. Dan yang ketiga langkah mundur yang digambarkan dengan seorang cewek sedang melukis tapi terlihat tidak berhasil dan seorng pria didalam hutan yang ketakutan. Selanjutnya langkah yang berderap digambarkan dengan bebrapa pria yang berjalan cepat dan seorang cewek berjalan sendiri dijala yang gelap. Langkah yang gak melangkah adalah langkah dimana seorang cewek yang menunggangi kuda naun berdiri diatas kuda dan seorang pria yang menari dengan tangan menhan badannya. Langkah yang searus digambarkan adalah seorang pria yang berselancar dengan arus dilaut. Langkah yang berlawanan arus terlihat seorang pria yang naik eskalator berlawanan arah turun dengan orang lain. Sementara ia naik dengan melwati orang yang padat, langkah penuh dengan pencarian digambarkan dengan beberapa orang yang menjajaki gunung untuk mencapi tujuan yang meraka capai.

#JURNAL 3
Judul: ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURALISME FERDINAND DE SAUSSURE PADA FILM"BERPAYUNG RINDU"
Object: FILM "BERPAYUNG RINDU"
Metode penelitian: Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif karena penjabaran mengenai film tersebut menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure yang difokuskan kepada penanda (signifier) dan petanda (signified) yang muncul dari film “Berpayung Rindu”. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah film “Berpayung Rindu”. Sementara yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah tanda-tanda yang munculdarifilm tersebut. Pada kajian ini, penulis akan menggunakan metode analisis semiotika sistem tanda Saussure yaitu signifier dan signified dengan merelasikan beberapa tanda- tanda di dalamnya untuk menentukan makna lalu mengelompokkan menjadi beberapa jenis tanda sampai kemudian menemukan makna dibalik tanda yang dipaparkan menggunakan analisis semiotika Saussure.
Analisis: Berdasarkan hasil analisis semiotika Ferdinad de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series “Berpayung Rindu”. Film ini tidak terlepas dari kemampuan sutradara dalam membaca situasi dan menyesuaikan dengan kondisi zaman. Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang. Berdasarkan uraian analisis yang telah disampaikan diatas mengenai film web series Berpayung Rindu dengan analisis semiotika Ferdinand de Saussure dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai penanda (Signifier) dan petanda (Signified) serta makna dari iklan tersebut yaitu film ini lebih mengarahkan ke pesan moral terlihat dari adegan per episodenya yang mana film ini mengisahkan sepasang suami istri yang berpisah karena perselingkuhan dan yang menjdai korban adalah sang anak yang akibatnya sang anak kehilangan kasih sayang salah satu dari orang tuanya yaitu seorang ibu
Kesimpulan: Sebuah rangkaian Web Series yang terdiri dari 3 episode dengan satu Video Clip. Tiap episode dirilis setiap satu minggu sekali di Youtube dimulai dari tanggal 15 Maret 2019. Tiap Episode berdurasi 10 menit. Cerita berpusat pada dinamika kehidupan suatu keluarga yang mana menceritakan tentang sepasang suamu istri yang berpisah karena perselingkuhan dan menjadikan seorang anaknya sebagai korban dari perpisahan hingga kurangnya kasih sayang dari seorang ibu. Pertama untuk dapat menganalisa film ini secara keseluruhan, maka yang harus pertama dilakukan adalah menganalisa setiap aspek dari film itu sendiri secara detail, mulai dari objek-objek yang ada, teknis pengambilan rekaman semisal pencahayaan, dan lain sebagainya.

OBJECK DESAIN PALING MENARIK DALAM DIRI SENDIRI
object desain:melukis di atas kanvas waktu ujian seni budaya
Alasan:pertama kali saya melukis di atas kanvas dan awalnya tidak pede dengan hasil karya sendiri pesimis mendapatkan nilai yang buruk tetapi saya melakukan nya dengan pede dan percaya diri tetapi ketika saya mengumpulkan tugas saya keruang guru ada salah satu guru melihat karya saya dan bilang wah bagus Faisal boleh saya bawa pulang gak buat pajangan di rumah saya akhirnya punya saya di bawa pulang oleh salah satu guru di sekolah saya.. itu menjadi hal yang buat saya kaget aja si dengan pertama kali melukis di canvas dan tidak mahir memainkan warna/cat poster akhirnya langsung di puji 🙂









Thursday, March 16, 2023

Inovasi dalam Bentuk Figur kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta

Kesenian wayang kulit tidak hanya memiliki nilai adi luhung pada aspek pertunjukkan dan sastra, tetapi juga pada aspek bentuk (Pandu Pramudita). Gunungan dalam wayang biasa juga disebut kayon, yaitu salah satu unsur yang mendukung pergelaran wayang. Dalam gunungan terdapat ornament yang sangat unik dan makna yang dalam. Disebut gunungan karena berbentuk segitiga, seperti gunung. Disebut kayon, kata ini mungkin juga semula berasal dari Bahasa arab “chayu” yang berarti hidup. Wayang kayon memiliki beberapa perubahan pada waktu ke waktu.

Pada tahun 1856 M terdapat koleksi dari museum yang berada di Belanda, yang dimana bentuk kayu ini muncul isianya dengan bentuk sama kembaran Harimau dan Banten atau Macan dan Banten. Nilai filosofis figur kayon berada pada simbol lintas pada unsur bentuknya yang ditemukan pada setiap figur kayon, meski memiliki ragam bentuk dari hasil sebuah inovasi.

Metode penelitian ini menggunakan fenomenologi, dengan waktu penelitian material dan figure khusunya ialah figur kayon Surakarta yang di dukung dengan wawancara dari informan penelitian. Proses penciptaanya menggunakan pengalaman estetik pencipta, sedangkan di bidang desain, proses penciptaanya lebih kepada memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kayon memiliki dua wanda yang berbeda, Wanda Wadon memiliki bentuk gempal sedangkan Wanda Lanang memiliki bentuk yang lebih ramping. Pada pengalaman estetis dalam bentuk citra fisik memiliki Presepsi Kayon, Presepsi Gunungan dan Presepsi Bentangan Alam. Pengalaman Estetis dari seorang seniman adalah keistimewaan bentuk dan nilai sakral. Dijelaskan bahwa nilai filosofis bentuk Kayon bermacam macam (Makromos, Mikromos, Metakromos) yang tentunya nilai tersebut memiliki relevansi yang kuat terhadap kehidupan manusia pada saat ini. Teori yang terlihat merupakan bagaimana inovasi bentuk Kayon dalam wayang kulit purwa gaya Surakarta. Hal tersebut telah dijelaskan secara rinci melalui kajian yang dilakukan. Pada makna dari wayang Kayon berubah-ubah yang dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan promovendus memiliki makna tersendiri dari bentuk wayang Kayon agar makna nya tetap dan tidak berubah.

Dalam hal itu dapat saya simpulkan bahwa dalam figur kayon wayang kulit memiliki simbol tuntunan moral yang mempunyai nilai – nilai kearifan, nilai – nilai kehidupan yang dapat kita jadikan sebagai suatu pelajaran yang dapat kita tiru, dan gambaran untuk menjalani kehidupan di dunia.